LUARAN PENGABDIAN: PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK UMKM BUMBU PECEL
Kamis,03 Juli 2025 - 09:46:18 WIBDibaca: 17 kali
_(1)_(1)_(1).jpg)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat desa yang berperan penting dalam menyerap tenaga kerja, mengurangi pengangguran, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,07% pada tahun 2022 (Hapsari, 2024). UMKM tidak hanya menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga, tetapi juga mencerminkan kreativitas dan potensi lokal yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan (Situmorang, 2023). Namun demikian, UMKM desa masih menghadapi berbagai tantangan serius yang menghambat pertumbuhan mereka, antara lain keterbatasan sumber daya manusia, rendahnya literasi digital, akses terhadap teknologi yang terbatas, dan lemahnya strategi pemasaran (Rosmiati, 2021). Selain itu, dampak pandemi COVID-19 juga turut memperparah kondisi UMKM, di mana banyak pelaku usaha skala kecil kehilangan pasar dan mengalami penurunan produksi (Wahyuni, 2021). Pandemi menjadi momentum penting untuk menyadarkan pelaku UMKM tentang perlunya inovasi, terutama dalam hal efisiensi produksi dan pemasaran digital. Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya efisiensi dalam proses produksi. Banyak UMKM di sektor kuliner yang masih menggunakan peralatan tradisional yang menguras tenaga dan memakan waktu. Contohnya adalah UMKM bumbu pecel milik Ibu Anik, mitra dalam program pengabdian masyarakat ini. Proses penghalusan bumbu masih menggunakan cobek batu, yang menyebabkan kapasitas produksi menjadi sangat terbatas. Studi oleh (Siswadi, 2022) menunjukkan bahwa penggunaan mesin penghalus bumbu dapat meningkatkan efisiensi produksi hingga dua kali lipat dibandingkan metode manual. Di sisi lain, aspek pemasaran juga masih menjadi kelemahan utama. Banyak produk UMKM tidak memiliki kemasan yang menarik atau identitas merek yang kuat, sehingga kalah saing dengan produk industri (Cahyani, 2024). Dalam era digital saat ini, daya tarik visual produk sangat memengaruhi keputusan konsumen. Desain kemasan yang baik terbukti dapat meningkatkan nilai jual produk (Putri, 2020). Selain itu, rendahnya pemanfaatan media sosial dan e-commerce membuat produk UMKM kurang dikenal di pasar yang lebih luas (Maulana, 2022). Melihat kondisi tersebut, mahasiswa sebagai agen perubahan sosial memiliki peran penting dalam membantu UMKM menghadapi tantangan tersebut. Melalui program Praktik Pembelajaran Lapangan (PPL) Masyarakat, mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki untuk memberikan solusi nyata bagi masyarakat (Nurhidayat, 2023). Dalam konteks ini, Sub Kelompok 3 merancang intervensi berbasis teknologi tepat guna, yaitu alat penghalus bumbu praktis dan efisien untuk menggantikan proses manual. Selain itu, dilakukan pula pendampingan dalam pembuatan desain logo dan kemasan produk sebagai bagian dari strategi pemasaran yang lebih modern dan profesional. Program ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga mengusung pendekatan partisipatif. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan hingga implementasi merupakan strategi penting agar intervensi yang dilakukan benar-benar menjawab kebutuhan lokal. Kolaborasi mahasiswa dan masyarakat desa menghasilkan solusi yang kontekstual, berkelanjutan, serta menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap inovasi yang dihasilkan. Lebih jauh, kegiatan ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan soft skills seperti empati, komunikasi, dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah nyata di lapangan. Melalui pengabdian yang berbasis riset dan teknologi, mahasiswa turut berkontribusi dalam pembangunan desa yang lebih mandiri dan inovatif (Rohmah, 2023).
Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya